seperti yang telah kita ketahui sebelumnya. tragedi bom-bom yang terjadi di Indonesia membuat kita kurang-lebihnya "waspada" dan bertindak antisipatif pada teroris. waktu Indonesia untuk pertama kalinya dikejutkan oleh peledakan di dua pub besar di Bali membuat kita semua tercengang. itu peristiwa besar, membuat pariwisata dan devisa negara akan kedatangan turis anjlok drastis. banyak pertokoan gulung tikar karena tak adanya pembeli yang biasanya turis-turis asing.
lalu mendadak pengamanan di seluruh Indonesia diperketat, disana-sini pemeriksaan isi tas dan mobil. (bahkan tas jalan remaja yang kecilnya minta ampun turut di periksa--padahal rasanya amat mustahil membawa bom sekecil itu. kecuali untuk mengagetkan orang saja, layaknya petasan) seiring berjalannya waktu, pengamanan semakin melonggar, sehingga kita kembali dikejutkan dengan bom JW Marriott Jakarta. setelah itu pengamanan JW Marriott amat ketatnya sehingga rasanya amat mustahil membawa bom utuh kedalam hotel. meski di lokasi lain pengamanan mulai merenggang, JW Marriott nampaknya trauma dan pengamanan pun--setahu saya yang pernah menginap juga disana--selalu makin diperketat.
rasanya mustahil membawa bom utuh kedalam hotel. namun ternyata teroris lebih pintar kali ini. malahan mereka merakit bom tersebut didalam kamar hotel! tidak curigakah cleaning service yang membersihkan kamar yang mereka tinggali? Indonesia tambah terkejut dengan turut menjadi korbannya pula pemimpin utama PT. Holcim, WNA Selandia Baru.
keamanan pun dimana-mana mulai diadakan kembali. sana-sini security membawa tongkat GARRET (alat deteksi logam berat) kemana-mana. tapi seiring dengan waktu, pengamanan kembali melonggar. meja pemeriksaan seakan hanya pajangan. security hanya celingukan seakan tidak ada kerjaan lain selain berdiri didepan meja pemeriksaan yang biasanya ada di tiap-tiap pintu masuk pusat perbelanjaan/perkantoran.
Beginikah sikap kita terhadap suatu tragedi?
Benarkah perilaku kita menghadapi keamanan bangsa yang semakin melemah?
No comments:
Post a Comment